POST modern

POST MODERN ?

Ada yang tau ngga ?




Jean-Francois Lyotard (1984) dikenal sebagai tokoh yang pertama kali mengenalkan konsep Postmodernisme dalam filsafat. Istilah postmodern sudah lama dipakai di dunia arsitektur.

Posmo menolak ide otonomi aesthetik dari modernis. Kita tidak dapat memisahkan seni dari lingkungan politik dan sosial, dan menolak pemisahan antara seni yang masuk akal dengan budaya populer. Posmo menolak hirarkhi, geneologik, menolak kontinuitas, dan perkembangan. Posmo berupaya mempersentasikan yang tidak dapat dipersentasikan oleh modernisme, demikian Lyotard. Mengapa modernisme tidak dapat mempresentasikan, karena logikanya masih terikat pada logika standart, sedangkan posmo mengembangkan kemampuan kreatif membuat makna baru, menggunakan logika yang tidak standart.


Baik teori peran maupun teori pernyataan-harapan, keduanya menjelaskan perilaku sosial dalam kaitannya dengan harapan peran dalam masyarakat kontemporer. Beberapa psikolog lainnya justru melangkah lebih jauh lagi. Pada dasarnya teori posmodernisme atau dikenal dengan singkatan “POSMO” merupakan reaksi keras terhadap dunia modern. Teori Posmodernisme, contohnya, menyatakan bahwa dalam masyarakat modern, secara bertingkat seseorang akan kehilangan individualitas kemandiriannya, konsep diri, atau jati diri. Menurut Denzin, 1986; Murphy, 1989; Down, 1991; Gergen, 1991 (dalam Hasan Mustafa) bahwa dalam pandangan teori ini upaya kita untuk memenuhi peran yang dirancangkan untuk kita oleh masyarakat, menyebabkan individualitas kita digantikan oleh kumpulan citra diri yang kita pakai sementara dan kemudian kita campakkan.

Berdasarkan pandangan posmodernisme, pengikisan tingkat individualitas muncul bersamaan dengan terbitnya kapitalisme dan rasionalitas. Faktor-faktor ini mengurangi pentingnya hubungan pribadi dan menekankan aspek nonpersonal. Kapitalisme atau modernisme, menurut teori ini, menyebabkan manusia dipandang sebagai barang yang bisa diperdagangkan-nilainya (harganya) ditentukan oleh seberapa besar yang bisa dihasilkannya.

Setelah Perang Dunia II, manusia makin dipandang sebagai konsumen dan juga sebagai produsen. Industri periklanan dan masmedia menciptakan citra komersial yang mampu mengurangi keanekaragaman individualitas. Kepribadian menjadi gaya hidup. Manusia lalu dinilai bukan oleh kepribadiannya tetapi seberapa besar kemampuannya mencontoh gaya hidup. Apa yang kita pertimbangkan sebagai “pilihan kita sendiri” dalam hal musik, makanan, dan lain-lainnya, sesungguhnya merupakan seperangkat kegemaran yang diperoleh dari kebudayaan yang cocok dengan tempat kita dan struktur ekonomi masyarakat kita. Misalnya, kesukaan remaja Indonesia terhadap musik “rap” tidak lain adalah disebabkan karena setiap saat telinga mereka dijejali oleh musik tersebut melalui radio, televisi, film, CD, dan lain sebagainya. Gemar musik “rap” menjadi gaya hidup remaja. Lalu kalau mereka tidak menyukai musik “rap” tidak menjadi gaya hidup remaja. Perilaku seseorang ditentukan oleh gaya hidup orang-orang lain yang ada di sekelilingnya, bukan oleh dirinya sendiri. Kepribadiannya hilang individualitasnya lenyap. Itulah manusia modern, demikian menurut pandangan penganut “posmo”.

Intinya, teori peran, pernyataan-harapan, dan posmodernisme memberikan ilustrasi perspektif struktural dalam hal bagaimana harapan-harapan masyarakat mempengaruhi perilaku sosial individu. Sesuai dengan perspektif ini, struktur pola sosial interaksi yang sedang terjadi dalam sebagian masyarakat.Dalam pandangan ini, individu mempunyai peran yang pasif dalam menentukan perilakunya. Individu bertindak karena ada kekuatan struktur sosial yang menekannya.

Menurut Pauline Rosenau (1992) mendefinisikan Postmodern secara gamblang dalam istilah yang berlawanan antara lain: Pertama, postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas.Yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas. Kedua, teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya. Seperti Baudrillard (1990:72) yang memahami gerakan atau impulsi yang besar, dengan kekuatan positif, efektif dan atraktif mereka (modernis) telah sirna. Postmodernis biasanya mengisi kehidupan dengan penjelasan yang sangat terbatas atau sama sekali tidak ada penjelasan. Namun, hal ini menunjukkan bahwa selalu ada celah antara perkataan postmodernis dan apa yang mereka terapkan. Sebagaimana yang akan kita lihat, setidaknya beberapa postmodernis menciptakan narasi besar sendiri. Banyak postmodernis merupakan pembentuk teoritis Marxian, dan akibatnya mereka selalu berusaha mengambil jarak dari narasi besar yang menyifatkan posisi tersebut. Ketiga, pemikir postmodern cenderung menggembor-gemborkan fenomena besar pramodern seperti emosi, perasaan, intuisi, refleksi, spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan, metafisika, tradisi, kosmologi, magis, mitos, sentimen keagamaan, dan pengalaman mistik. Seperti yang terlihat, dalam hal ini Jean Baudrillard (1988) benar, terutama pemikirannya tentang pertukaran simbolis (symbolic exchange). Keempat, teoritisi postmodern menolak kecenderungan modern yang meletakkan batas-batas antara hal-hal tertentu seperti disiplin akademis, budaya dan kehidupan, fiksi dan teori, image dan realitas. Kajian sebagian besar pemikir postmodern cenderung mengembangkan satu atau lebih batas tersebut dan menyarankan bahwa yang lain mungkin melakukan hal yang sama. Contohnya Baudrillard (1988) menguraikan teori sosial dalam bentuk fiksi, fiksi sains, puisi dan sebagainya. Kelima, banyak postmodernis menolak gaya diskursus akademis modern yang teliti dan bernalar (Nuyen, 1992:6). Tujuan pengarang postmodern acapkali mengejutkan dan mengagetkan pembaca alih-alih membantu pembaca dengan suatu logika dan alasan argumentatif. Hal itu juga cenderung lebih literal daripada gaya akademis.

Akhirnya, postmodern bukannya memfokuskan pada inti (core) masyarakat modern, namun teoritisi postmodern mengkhususkan perhatian mereka pada bagian tepi (periphery). Seperti dijelaskan oleh Rosenau (1992:8) bahwa perihal apa yang telah diambil begitu saja (taken for granted), apa yang telah diabaikan, daerah-daerah resistensi, kealpaan, ketidakrasionalan, ketidaksignifikansian, penindasan, batas garis, klasik, kerahasiaan, ketradisionalan, kesintingan, kesublimasian, penolakan, ketidakesensian, kemarjinalan, keperiferian, ketiadaan, kelemahan, kediaman, kecelakaan, pembubaran, diskualifikasi, penundaan, ketidakikutan.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa teoritisi postmodern menawarkan intermediasi dari determinasi, perbedaan (diversity) daripada persatuan (unity), perbedaan daripada sintesis dan kompleksitas daripada simplikasi.

Secara lebih umum, Bauman (1992:31) menetapkan kebudayaan postmodern antara lain: pluralistis, berjalan di bawah perubahan yang konstan, kurang dalam segi otoritas yang mengikat secara universal, melibatkan sebuah tingkatan hierarkis, merujuk pada polivalensi tafsiran, didominasi oleh media dan pesan-pesannya, kurang dalam hal kenyataan mutlak karena segala yang ada adalah tanda-tanda, dan didominasi oleh pemirsa. Lebih lanjut Bauman (1992:98) menjelaskan bahwa postmodernitas berarti pembebasan yang pasti dari kecenderungan modern khusus untuk mengatasi ambivalensi dari mempropagandakan kejelasan tunggal akan keseragaman … Postmodernitas adalah modernitas yang telah mengakui ketidakmungkinan terjadinya proyek yang direncanakan semula. Postmodernitas adalah modernitas yang berdamai dengan kemustahilannya dan memutuskan, tentang baik dan buruknya, untuk hidup dengannya. Praktik modern berlanjut sekarang, meskipun sama sekali tanpa objektif (ambivalensi) yang pernah memicunya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa postmodernitas mengkhawatirkan namun demikian masih menggembirakan. Atau dengan kata lain, postmodernitas penuh dengan sebuah inomic-tercerabut antara kesempatan yang ia buka dan ancaman-ancaman yang bersembunyi dibalik setiap kesempatan. Juga kebanyakan kaum postmodernis memiliki, sebagaimana kita akan ketahui, sebuah pandangan yang jauh lebih pesimistis atas masyarakat postmodern. Hal tersebut sesuai dengan pemikiran Jameson (1989) bahwa masyarakat postmodern tersusun atas lima elemen utama, antara lain: (1) masyarakat postmodern dibedakan oleh superfisialitas dan kedangkalannya; (2) ada sebuah pengurangan atas emosi atau pengaruh dalam dunia postmodern; (3) ada sebuah kehilangan historisitas, akibatnya dunia postmodern disifatkan dengan pastiche; (4) bukannya teknologi-teknologi produktif, malahan dunia postmodern dilambangkan oleh teknologi-teknologi reproduktif dan; (5) ada sistem kapitalis multinasional.

sumber : http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengertian-post-modern.html

KAWASAN ALGOMERASI PERKOTAAN YOGYAKARTA DAN TRANS JOGJA

EDISI SEPTEMBER - OKTOBER 2008
Kategori Profil Wilayah
Kawasan Aglomerasi Perkotaan YOGYAKARTA dan Trans Jogya
Kota Yogyakarta telah tumbuh dan berkembang ke wilayah sekitar yang kemudian beraglomerasi membentuk apa yang disebut sebagai Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) ataupun Greater Yogya. Bersama dengan pembangunan infrastruktur berupa koridor yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan, Kawasan APY menjadi core dan point development dalam konsep tata ruang wilayah Provinsi DIY.



I LATAR BELAKANG
Kota Yogyakarta telah tumbuh dan berkembang ke wilayah sekitar yang kemudian beraglomerasi membentuk apa yang disebut sebagai Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) ataupun Greater Yogya. Bersama dengan pembangunan infrastruktur berupa koridor yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan, Kawasan APY menjadi core dan point development dalam konsep tata ruang wilayah Provinsi DIY.

Perkembangan fisik Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) ditandai dengan semakin luas wilayah terbangunnya. Salah satu indikatornya adalah populasi penduduk telah mendekati angka 1.000.000 jiwa. Selain itu, mobilitas manusia serta aktivitas ekonomi masuk dan keluar dari pusat Kota Yogyakarta telah bertambah dengan terjadinya perubahan struktur pemanfaatan ruang desa-desa di sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul menjadi wilayah yang berciri kekotaan. Perencanaan tata ruang Kota Yogyakarta telah dimulai sejak masa pemerintahan Kolonia Belanda ketika Ir. Thomas Karsten (1941) membuat perencanaan perluasan kota. Namun, perencanaan tata ruang kota tahun 1941 tersebut tidak dapat digunakan sebagai arahan pembangunan kota Yogyakarta yang saat ini telah merkembang menjadi wilayah aglomerasi karena perencanaan kala itu belum menyertakan muatan kebutuhan skala metropolitan.

II. Lingkup Spasial
Kawasan APY meliputi tiga kawasan yang secara administratif berada di wilayah yang berbeda. Mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) Provinsi DI Yogyakarta No. 10 Tahun 2005, pada Pasal 41c, Kawasan APY mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang mencakup wilayah kota Yogyakarta dan sebagian wilayah kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan di wilayah Kabupaten Bantul serta Kecamatan Depok, Ngemplak, Ngaglik, Mlati dan Gamping di wilayah Kabupaten Sleman. Wilayah ini merupakan wilayah pengembangan sistem pelayanan Kota Yogyakarta yang melayani kota-kota Berbah, Kalasan, Prambanan, Pakem, Cangkringan, Sedayu serta Sentolo.

III. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN APY
Strategi pengembangan tata ruang Kawasan APY dilakukan dengan pengendalian pemanfaatan ruang dan pengendalian perkembangan permukiman. Dalam hal ini, strategi yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:

1. mengembangkan pemanfaatan ruang secara terpadu dengan pola pemanfaatan campuran di mana tema kawasan ditetapkan dengan kesesuaian pemanfaatan ruang di bawahnya;
2. mengembangkan Pusat Pelayanan Primer yang Baru di sepanjang arteri primer terutama di bagian selatan Kawasan APY;
3. mengembangkan sistem angkutan umum massal sebagai moda angkutan utama antar pusat pusat kegiatan dan antar bagian-bagian kota;
4. mempertahankan dan mengembangkan RTH di setiap wilayah baik sebagai sarana kota maupun untuk keseimbangan ekologi kota;
5. mengembangkan dan mengoptimalkan penataan ruang berdasarkan blok kawasan.

Dalam perspektif ekonomi, pembangunan tidak lain berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat lokal (indigenous people). Oleh karena itu, pengembangan Kawasan APY ini dapat diorientasikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada kapasitas atau keunggulan ekonomi lokal. Meski demikian, yang penting dalam menentukan tema-tema program pengelolaan, tidak hanya kegiatan ekonomi, melainkan juga potensi kemampuan lahan, kegiatan budidaya serta kecenderungan perkembangan permukiman dan perkotaan. Tema pengembangan kawasan dapat ditetapkan sebagai berikut:

* Kawasan Permukiman;
* Kawasan Lindung Budaya, meliputi Kawasan Njeron Beteng, Kawasan Kota Baru, Kawasan Pakualaman serta Kawasan Kota Gede;
* Kawasan Pendidikan Tinggi, meliputi Kawasan UGM, UNY dan Kawasan pendidikan tinggi di Kecamatan Depok serta di Kecamatan Gamping yang meliputi Kampus UMY;
* Zona Industri dan Pergudangan;
* Bandara, yaitu Bandara Adisucipto;
* Kawasan Perdagangan
* Kawasan Lindung Alam

IV. ARAHAN PENYEBARAN PENDUDUK

Perkembangan wilayah di Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY) sudah pada tahap memerlukan arahan dan pengendalian terkait dengan pertumbuhan fisik lahan terbangun yang terlihat pesat di lapangan. Penyebaran penduduk yang tertinggi diarahkan pada pusat kota dan secara gradatif makin menurun ke bagian pinggiran kota. Arahan penyebaran penduduk di wilayah perencanaan dipilahkan atas penduduk yang berada di kawasan yang sudah berkembang, yaitu pada kawasan di pusat kota dan daerah pinggiran kota. Dalam hal ini, strategi yang akan diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Arah penyebaran meliputi area pusat kota dan area perkembangan baru di tepi kota. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk akan dialokasikan pada daerah-daerah kantong yang masih kosong di kawasan kota dan daerah pinggiran kota. Distribusi ini menimbang pula konservasi sistem air serta lahan produktif pertanian.
2. Prioritas penyebaran diutamakan di pusat kota, artinya diusahakan untuk meningkatkan kepadatan penduduk sampai batas yang layak, serta pengisian daerah kantong. Kepadatan sedang diterapkan pada daerah yang akan dikembangkan sebagai daerah pinggiran kota sebagai areal penopang kehidupan kota. Sedangkan kepadatan rendah pada daerah yang akan dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Pola pemanfaatan ruang wilayah Kawasan APY tidak diarahkan pada pola guna tunggal, melainkan pola guna campur dengan dominasi fungsi. Fungsi dominan ditentukan dari amatan terhadap kegiatan eksisting yang dominan dalam kerangka yang telah ditentukan di atas. Fungsi tersebut merupakan fungsi yang ingin dilindungi serta didorong dari unit lahan tersebut.
Dalam pemahaman tersebut, pola ruang Kawasan APY dibagi-bagi menjadi blok-blok yang fungsional dengan memperhatikan:

1. Sejarah pembentukan suatu kawasan untuk tetap mempertahankan citra secara keseluruhan;
2. Pelayanan eksisting dengan memberikan arahan apakah akan didorong ataupun dikendalikan;
3. Ketetapan dalam kawasan lindung seperti resapan air atau rawan bencana


V. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI
Perkembangan kegiatan dan permukiman baru di beberapa lokasi telah meningkatkan beban lalu lintas yang relatif tinggi, terutama di sekitar Kawasan APY seperti di penggal jalan Kaliurang, jalan Monjali, jalan Godean, hingga mendekati kelebihan kapasitas (overcapacity). Sementara itu, terjadi juga peningkatan potensial di jalur yang menghubungkan jalan Magelang (sekitar simpul Tempel) yang menembus Kota Sleman bagian barat hingga ke jalan Wates (Moyudan). Prasarana transportasi yang dikembangkan meliputi sistem transportasi jalan raya (darat), kereta api dan udara.

a) Jaringan Transportasi Jalan
Berdasarkan arahan pembangunan jaringan jalan di Pulau Jawa-Bali, wilayah DIY akan dilewati oleh jalan Gelang Jawa Lintas Selatan dan Koridor Utara Selatan Jawa. Sebagai konsekuensi, beberapa jaringan jalan yang direncanakan akan berperan sebagai jalan arteri primer di masa mendatang yaitu Yogyakarta-Wonosari, Yogyakarta-Wates-Bandung, Yogyakarta-Secang-Semarang dan Yogyakarta-Klaten-Surakarta.

Jalan Arteri Primer : meliputi ruas jalan yang menghubungkan kota-kota:

* Yogyakarta dengan Semarang, melalui Mlati, Sleman dan Tempel.
* Yogyakarta dengan Surabaya, melalui Kalasan dan Prambanan
* Yogyakarta dengan Bandung/Jakarta, melalui Gamping
* Ringroad Kawasan APY di Depok, Mlati dan Gamping.

Jalan Kolektor Primer: meliputi ruas jalan yang menghubungkan kota-kota:

* Yogyakarta dengan Wonosari, melewati wilayah Berbah
* Yogyakarta dengan Wates melalui Godean
* Yogyakarta dengan Kaliurang, melalui Ngaglik dan Pakem.

b) Jaringan Transportasi Kereta Api

Berdasarkan arahan pembangunan jaringan transportasi rel kereta api di Pulau Jawa, wilayah DIY dilewati oleh jaringan jalan rel Gelang Jawa Lintas Selatan.

c) Jaringan Transportasi Udara
Pelabuhan udara yang ada di wilayah DIY berdasarkan arahan hirarki pelabuhan udara di Pulau Jawa-Bali diarahkan sebagai pusat penyebaran primer pada tahun 2010.

VI. ARAHAN STRUKTUR RUANG WILAYAH
Struktur Ruang dimaksudkan untuk menentukan sistem jenjang pelayanan yang dikaitkan dengan pusat-pusat pelayanan yang ada. Rencana struktur ruang di Kawasan APY pada dasarnya disusun berdasarkan pertimbangan yaitu

1. Aktivitas, berarti kegiatan penduduk dalam melakukan proses kegiatan termasuk didalamnya kondisi kependudukan (heterogenitas kegiatan usaha dan etnis, laju pertumbuhan penduduk, dan sebagainya)
2. Tahapan Pengembangan, menyangkut seberapa kebutuhan dari penduduk dan para pelaku pembangunan lainnya dalam mengembangkan Kawasan APY)
3. Kondisi Lingkungan, guna mengetahui kendala-kendala alami dan buatan (preservasi dan konservasi) yang harus diperhitungkan.
4. Sehingga rencana pengembangan yang dilakukan tetap memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan.


Beberapa prinsip dasar pertimbangan penyusunan Rencana struktur ruang Kawasan APY, diantaranya :

1) Membatasi daerah perkotaan untuk tidak meluas dan tidak beraturan
2) Menjaga keberadaan kawasan lindung
3) Mengintegrasikan fungsi dan sistem kota-kota
4) Mengantisipasi perkembangan kegiatan di masa mendatang
5) Mengurangi kepesatan perkembangan Kota Yogyakarta
Secara skematik, proses pembentukan Kawasan APY dapat digambarkan sebagai beriku:

Tahap I
- Kraton Yogyakarta dibangun tidak jauh dari Pusat Kerajaan Mataram Kotagede
- Pola memusat dengan Kraton sebagai inti








Tahap II
Adishakti (1995) telah melihat pertumbuhan fisik dengan menggunakan metode morfologi Adishakti (1995) telah melihat pertumbuhan Kota Yogyakarta secara fisik dengan menggunakan metode morfologi perkotaan. Dalam studinya, Kota Yogyakarta tumbuh dalam periode-periode yang berbeda-beda yaitu kasultanan, kolonial dan kemerdekaan. Periode-periode yang berbeda tersebut menghasilkan bentukan fisik kota serta arsitektural yang sesuai dengan konteks masanya.

* Pola masih memusat dengan Kraton sebagai inti
* Struktur kawasan inti semakin kuat dengan keberadaan stasiun yang dibangun oleh Belanda
* Berdirinya Pakualaman
* Luas wilayah semakin luas dengan sebaran perumahan kolonial di Kotabaru dan Bintaran



Tahap III
Adishakti (1995) melihat bahwa permukiman serta pendidikan telah menjadi agen yang mendorong perluasan Kota Yogyakarta sampai batas administrasinya. Meskipun demikian, adanya arahan untuk melindungi kawasan pertanian di sebelah timur serta utara menahan perkembangan Kota Yogyakarta ke arah-arah tersebut. Meskipun demikian, pada tahun 1970-an, pembangunan kawasan pemerintahan di bagian timur kota telah mendorong terjadi perubahan pada penggunaan lahan secara drastis.

Keterbatasan lahan telah mendorong perguruan tinggi untuk mendirikan kampusnya di luar kota. Bangunan kampus-kampus besar ataupun baru telah berdiri di daerah Mrican dan Babarsari sebagai bagian dari strategi ekspansinya di masa mendatang. Perlahan, wilayah-wilayah tersebut berubah menjadi kawasan perkotaan.

* Berkembangnya inti baru yaitu kampus UGM di sebelah utara
* Pergerakan menjadi dua arah antara pusat baru dan sekitarnya
* Keberadaan UGM diikuti dengan kampus-kampus lain seperti UNY (dulu IKIP)
* Jalan Solo mulai berkembang sebagai pusat perdagangan


Tahap IV
Pertumbuhan Kota Yogyakarta akhir-akhir dapat dilihat sebagai akibat dari munculnya investasi-investasi yang dilakukan oleh masyarakat. Sebagai contoh adalah munculnya perumahan-perumahan yang diadakan oleh pengembang serta pasar-pasar modern yang kini tampak bersaing dengan pasar tradisional. Secara fisik, banyak perumahan tersebut berada di wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, meski demikian keterkaitan secara pelayanan dengan wilayah kota mengakibatkan terjadinya mobilitas yang tinggi antara kedua wilayah.

VII. TRANS JOGJA, ALTERNATIF ANGKUTAN MASSAL PERKOTAAN YANG NYAMAN
Menyusul dioperasikannya Trans Jakarta (lebih populer disebut sebagai Bus Way), Kawasan seputar Kota Yogyakarta pun kini telah memiliki Bus Trans Jogja, sebagai alternatif angkutan massal perkotaan yang nyaman. Kemunculan Bus Trans Jogja dilatarbelakangi adanya permasalahan angkutan umum di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mendesak untuk segera ditangani secara sistemik, karena menyangkut berbagai permasalahan, seperti : Kemacetan lalu lintas, pelayanan angkutan umum yang buruk, perilaku buruk para pengemudi dalam berlalu-lintas, hingga tingginya social cost yang harus ditanggung masyarakat akibat permasalahan transportasi. Salah satu formulasi untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan cara optimalisasi angkutan publik.

Skema yang dikembangkan dalam rangka optimalisasi angkutan publik tersebut adalah sistem buy the service yang merupakan wujud komitmen dari Pemerintah Provinsi DIY dalam mereformasi, merefungsionalisasi, dan merestrukturisasi sistem angkutan publik perkotaan. Sistem diharapkan dapat mengembalikan fungsi utama angkutan publik, yaitu memberikan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Sistem buy the service adalah sistem pembelian pelayanan dari Pemerintah kepada Swasta (operator) untuk mengoperasikan angkutan umum dengan standar- St. Tugu Kota Gede Kota Baru St.Lempuyangan Pakualaman Tahap I: -Pola masih memusat dengan Kraton sebagai inti -Struktur kawasan inti semakin kuat dengan keberadaan stasiun yang dibangun oleh Belanda -Berdirinya Pakualaman -Luas wilayah semakin luas dengan sebaran perumahan kolonial di Kotabaru dan Bintaran

Tahap III
Adishakti (1995) melihat bahwa permukiman serta pendidikan telah menjadi agen yang mendorong perluasan Kota Yogyakarta sampai batas administrasinya. Meskipun demikian, adanya arahan untuk melindungi kawasan pertanian di sebelah timur serta utara menahan perkembangan Kota Yogyakarta ke arah-arah tersebut. Meskipun demikian, pada tahun 1970-an, pembangunan kawasan pemerintahan di bagian timur kota telah mendorong terjadi perubahan pada penggunaan lahan secara drastis. Keterbatasan lahan telah mendorong perguruan tinggi untuk mendirikan kampusnya di luar kota. Bangunan kampus-kampus besar ataupun baru telah berdiri di daerah Mrican dan Babarsari sebagai bagian dari strategi ekspansinya di masa mendatang. Perlahan, wilayah-wilayah tersebut berubah menjadi kawasan perkotaan. UGMTahap

Tahap IV
Pertumbuhan Kota Yogyakarta akhir-akhir akibat dari munculnya investasi-investasi yang Sebagai contoh adalah munculnya perumahan-oleh pengembang serta pasar-pasar modern yang dengan pasar tradisional. Secara fisik, banyak perumahan wilayah Kabupaten Sleman dan Kabupaten keterkaitan secara pelayanan dengan wilayah kota mobilitas yang tinggi antara kedua wilayah.
standar tertentu, khususnya untuk mengutamakan pelayanan kepada masyarakat pengguna.
Sistem buy the service pada angkutan publik ini meskipun mereformasi sistem angkutan umum yang ada pada dasarnya tetap mempertahankan moda bus umum, tetapi memiliki kelebihan, antara lain : menghilangkan sistem setoran, kemudahan mengatur jumlah armada dan trayek, dan kemudahan dalam pemberian subsidi pemerintah kepada masyarakat pengguna angkutan publik melalui subsidi tarif.

Di Yogyakarta dan sekitarnya dilayani (secara bertahap) oleh 54 unit Bus Trans Jogja, terbagi dalam pelayanan 3 (tiga) trayek, yaitu :
1. Trayek 1 :
A. Trayek : Terminal Prambanan – Bandara Adisucipto – Stasiun Tugu – Malioboro- JEC
B. Trayek : Terminal Prambanan – Bandara Adisucipto – JEC – Kantor Pos Besar – Pingit - UGM

2. Trayek 2 :
A. Trayek : Terminal Jombor – Malioboro – Basen – Kridosono – UGM – Terminal Co0ndong Catur
B. Trayek : Terminal Jombor – Terminal Condong Catur – UGM – Kridosono – Basen – Kantor Pos Besar – Wirobrajan - Pingit

3. Trayek 3 :
A. Trayek : Terminal Giwangan – Kota Gede – Bandara Adisucipto – Ringroad Utara – MM UGM – Pingit – Malioboro – Jokteng Kulon
B. Trayek : Terminal Giwangan – Jokteng Kulon- Pingit – MM UGM – Ringroad Utara – Bandara Adisucipto – Kota Gede
G



Review
Kota Yogyakarta merupakan kota yang berkembang ke wilayah sekitar yang kemudian beraglomerasi menjadi “Greater Yogya”. Pembangunan infrastruktur berupa koridor yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan, Kawasan APY menjadi core dan point development dalam konsep tata ruang wilayah Provinsi DIY. Perkembangan kota Yogyakarta ini ditandai dengan semakin luasnya wilayah terbangun disini. Dengan salah satu indikatornya yakni populasi penduduk kota Yogyakarta yang hampir mendekati angka 1.000.000 jiwa. Perencanaan tata ruang kota Yogyakarta juga telah dimulai sejak jaman kolonial Belanda pada tahun 1941, namun arahan perencanaannya masih belum maksimal.
Strategi yang dilakukan untuk mengembangkan kota Yogyakarta disini meliputi :
1. Mengembangkan pemanfaatan ruang secara terpadu,yakni ruang yang sudah ada memang sebaiknya kita kembangkan secara terpadu agar sesuai dengan pemanfaatan lahannya
2. Mengembangkan pusat pelayanan primer yang baru, menurut saya dengan langkah mengembangkan pusat-pusat pelayanan yang baru akan memberikan kontribusi yang baik di masyarakat kota Yogyakarta.
3. Mengembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan mengembangkan dan mengoptimalkan penataan ruang berpendapat dengan mengembangkan RTH ini akan membuat suasana kota menjadi hidup dan asri sehingga dapat menyeimbangkan ekologi kota tersebut dan dengan mengoptimalkan penataan ruang bersdasarkan kawasan dapat membuat kota menjadi teratur dengan adanya blok-blok berdasarkan kawasan. Pembagian kawasan ini dapat dilihat menjadi berbagai macam kawasan seperti contohnya : Kawasan lindung,kawasan pemukiman,kawasan pendidikan,kawasan industri, dan lain sebagainya.
Kota Yogyakarta sampai saat ini telah mengalami perkembangan wilayah di Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY ) yang membutuhkan arahan dan pengendalian terkait pertumbuhan lahan yang terbangun. Dengan begini kota Yogyakarta dapat diarahkan perkembangan dan pertumbuhannya dengan cara penyebaran area pusat kota ke tepi kota. Jadi, dengan penyebaran lahan terbangun di kota ini menjadi merata dan tidak hanya dominan di pusat kota melainkan di tepi kota juga menjadi tempat bagian dari pusat kota tersebut. Namun, dengan penyebaran yang merata hingga di tepi-tepi kota tetap prioritas utama penyebaran berada di pusat kota. Menurut saya, dengan arahan seperti ini akan memperlancar proses pengendalian pertumbuhan dan perkembangan lahan di kota Yogyakarta menjadi Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta.
Dalam pengendalian perkembangan dan pertumbuhan suatu kota harus memperhatikan sistem jaringan transportasi yang juga menjadi faktor dari perkembangan suatu kota. Pada kota seperti di Yogyakarta ini yang bisa menerapkan jalur transportasi darat,laut dan udara dapat dikembangkan misalnya jalur transportasi jalan raya seperti kendaraan umum,pribadi dan jalur kereta api. Pada jalur transportasi laut pada kota Yogyakarta bisa dilalui dengan menggunakan kapal laut namun hanya tujuan dan jarak yg dekat saja, mengingat daerah kota Yogyakarta yang berada di sebelah selatan pantainya yang memungkinkan air laut tidak bersahabat. Dan yang terakhir pada jalur transportasi udara yakni menggunakan pesawat udara, transportasi ini membantu masyarakat untuk mempermudah aktivitas transportasi dalam jangkauan dalam dan luar kota hingga luar negeri.
Namun jalur transportasi yang biasa digunakan masyarakat yaitu jalur transportasi darat, dan yang sedang dikembangkan di Kota Yogyakarta yaitu ingin mengulangi sukses trans jakarta dengan membuat trans yogyakarta yang menjadi transportasi alternatif di kota besar seperti Kota Yogyakarta. Tapi apapun transportasi yang lebih sering digunakan masyarakat harus didukung perkembangannya demi menjadikan kotanya menjadi berkembang.
Jadi, untuk menjadikan kota Yogyakarta menjadi APY kita harus memperhatikan aktivitas kegiatan penduduk penduduk dalam melakukan proses kegiatan termasuk didalamnya kondisi kependudukan (heterogenitas kegiatan usaha dan etnis, laju pertumbuhan penduduk, dan sebagainya) sehingga rencana pengembangan yang dilakukan tetap memperhatikan keserasian dan keselarasan lingkungan. Kemudian harapan dan saran saya, saya mendukung pengembangan pembangunan arahan pengendalian kota Yogyakarta menjadi Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY ). Serta pembangunan kota Yogyakarta tetap memperhatikan prinsip-prinsip pola tata ruang dan prinsip dasar pertimbangan penyusunan Rencana struktur ruang Kawasan APY.

Rizky Syaiful Ramadhan
L2D009095

Sumber : http://bulletin.penataanruang.net/view/_printart.asp?idart=138

banner kelompok 7 -_-



wah nih bagian dari tugas aku,mba syifa dan mba ira. Perjuangannya keras banged sampe gonta-ganti ya pokoknya berjuang sampe di asistensi !!
temanya masih sama ngadopsi tentang transportasi semarang yang harus berkembang dan maju guna menunjang visi world class city di Kota Semarang.
Disini banner kelompok kita simple banged qo,yang penting ada isinya dan mengandung pesan dan kritik.

mari kita lihat banner 80 % sudah di acc tinggal penambahan sedikit lagi trus asist lagi. . .

Ini baru planologie

nah ini dia semester 2 awal saya merasakan cambuk kerasnya kehidupan planologi. Di semester ini mahasiswa 2009 banyak sekali mendapatkan tugas besar pada tiap-tiap mata kuliah,seperti Interpretasi Ruang yang awal mulanya tugas GPS (huaaa 5 kali masuk kuburan demi dapet 1 titik tiap grid) trus ada lagi tubes siteplannya tung itung kawasan perumahan @$#^%@# bingung dah sampe asistensi terus,Kependudukan tubesnya demografi kelurahan,MTK tubes kelompok bikin laporan latihan materi modul *_* dapet semilog.Geoling wah survey meneh di Kec.Bring Kab.Semarang lebih dari 5 kali bolak-balik kesana buat nyari data+foto-foto hehe.Pengek coy ngerangkum sealaihim gambreng tebel refrenseinya bapuk.KWU ??? masih nunngu nih gan hihi. Olah raga ngga ada tubes tapi cuma tes-tes uas lari,renang,senam SKJ olala. Nah ini dia yang terakhir tubes tekom ada bikin poster individu,banner kelompok,film,blog+web kelompok.

Nah pada tugas tekom ini saya berada pada kelompok 7,dan alhamdulillah masih dipercaya untuk menjadi ketua(lebay). Disini kelompok 7 mengambil tema world class city,dan tema kecilnya menuju ke bidang transportasi. Pada tugas besar tekom ini saya merasa lebih sulit daripada tugas besar yang lain,entah mengapa sebabnya.
Disini saya bersama mba syifa dan mba ira menjadi penanggung jawab banner kelompok.Namun sampai sekarang belum di acc T_T doain ya semoga cepet di acc sebelum presentasi hargailah seni kami dan usaha kami *_*.
Pada film kita mengambil tema transportasi dan mengambil masalah pada suatu fasilitas transportasi. Prasarana disini seperti halte BRT di semarang dekat SMP N 2 Semarang sungguh aneh sekali,berbeda dengan halte BRT yang lain. Apa sebabnya ?
nah dari hal tersebut kita mengambil bagian cerita film tentang halte BRT yang aneh/beda dari biasanya. Halte ini sungguh miris sekali dan hanya dijadikan tempat turuin penumpang saja. Kenapa tempat pemberhentian BRT tidak disamaratakan. Apa perkembangannya sudah dihentikan atau gimana ???
BLOG ??
klo ngga ada tugas tekom nih,saya ngga bakal punya blog T_T.
maklum ya sama blognya nih masih cuvu.
tapi insya allah kedepannya akan lebih baik,doakan yah :)

FILM ??
wah nanti nyusul ya rahasia,tunggu putarannya di bioskop terdekat. . .

thx take care have a nice day :D

Think about it. !

Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. kemudian ia duduk, meletakkan tasnya dipangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada tungkainya.

Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa dia kehilangan penglihatannya dan terlempar kedunia yang gelap gulita, penuh amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri.

Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi semua orang disekelilingnya. “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?” dia bertanya-tanya,
hatinya mengeras karena marah. Tetapi, betapapun seringnya ia menangis atau menggerutu atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu penglihatannya takkan pernah pulih lagi.

Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.

Ketika istrinya baru kehilangan penglihatannya, dia melihat bagaimana Susan tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi. Latar belakang mi
liter Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat, tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dihadapinya.

Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan bisa ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari, meskipun tempat kerja mereka
terletak dipinggir kota yang berseberangan.

Mula - mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa pengaturan itu keliru membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. tetapi, baru berpikir untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak.

Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti? Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi. “Aku buta!” tujasnya dengan pahit. “Bagaimana aku bisa tahu kemana aku pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku” Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan, selama masih diperlukan, sampai Susan hafal dan bisa pergi sendiri. Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan
seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia mengajari Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus dan menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.

Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu sebelum Susan mampu naik bus tanpa dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum wanita itu kehilangan penglihatannya, wanita yang tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun dan tidak akan pernah menyerah.

Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang diri. Tibalah hari senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah menjadi kawannya 1 bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya berkaca-kaca, penuh air mata syukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi kearah yang berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis … Setiap hari dijalaninya dengan
sempurna.

Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat kerja tanpa dikawal. Pada hari Jum’at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat kerja. Ketika dia membayar
ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata :”wah, aku iri padamu”. Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang tahun lalu berusaha menemukan keberanian untk menjalani hidup?

Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, “Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?” Sopir itu menjawab, “Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu”. Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya.”Apa maksudmu?” Kau tahu minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia memastikan bahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung”. kata sopir itu.

Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung, sangat beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan diri, hadiah cinta yang bisa menjadi penerang dimanapun ada kegelapan.